Senin, 16 November 2009

Khotbah Kisah Rasul 6:1-7, Pekan Doa GBKP 2009

Senen, 19 Oktober 2009
Thema:
Gereja ngaturken Diakonia
Nats: Kisah Rasul 6:1-7
by Pdt.S.Brahmana


Pendahuluan
Mari kita merenungkan sebuah kisah nyata dalam Kisah Para Rasul 6:1-7. Saat itu gereja mula-mula di Yerusalem mengalami perkembangan sangat pesat. Mereka telah ditebus oleh Yesus Kristus, tetap beribadah dengan tekun dan senantiasa memberi diri dikerjakan oleh kuasa Firman Tuhan dan Roh Kudus (bnd. Kisah 2:41-42). Namun, tidak dapat disangkal bahwa masalah tetap muncul seperti tertulis di ayat 1, ”Pada masa itu, ketika jumlah murid makin bertambah, timbullah sungut-sungut di antara orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap orang-orang Ibrani, karena pembagian kepada janda-janda mereka diabaikan dalam pelayanan sehari-hari.”
Masalah jasmani maupun rohani tidak boleh dibiarkan begitu saja, harus segera diselesaikan! Masalah ’melayani meja’ demikian para rasul menyebut masalah jasmani yang muncul saat itu akhirnya diselesaikan dengan dibentuk-nya suatu sistem.
Namun sebelum kita membahas solusi tersebut lebih lanjut, baiklah kita perhatikan dahulu ayat 7, ”Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak; juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya.” Ayat 7 tersebut menyatakan hasil yang dicapai setelah sistim tersebut diterapkan. Gembala sidang dan jemaat seharusnya merindukan terjadinya perkembangan di gerejanya masing-masing. Kita harus merindu supaya anggota gereja kita semakin bertambah banyak dengan adanya pertambahan jiwa-jiwa yang beribadah, karena hal ini juga menjadi kerinduan hati Tuhan. Solusi yang diterapkan dalam kisah tersebut membuat: (1) pemberitaan Firman Allah makin tersebar dan setelah itu barulah (2) jumlah jiwa makin bertambah banyak.
Susunannya jangan terbalik!
Apa yang dilakukan para rasul dalam menyelesaikan masalah ’melayani meja’? Mereka membentuk sistim kerja sama antara mereka dengan jemaat karena mereka ingin memusatkan pikiran mereka dalam doa dan pelayanan Firman Allah. Mereka meminta jemaat memilih tujuh orang dari antara jemaat dengan kriteria: terkenal baik, penuh Roh Kudus dan hikmat, agar para rasul dapat mengangkat mereka untuk menangani tugas yang berkaitan dengan masalah ’meja’ tersebut (ayat 3-6).
Mungkin kita bertanya di dalam hati, ”Apakah tujuh orang itu mampu melaksanakan tugas atau kepercayaan yang dibebankan ke pundak mereka? Bukankah jumlah jemaat di Yerusalem waktu itu sudah mencapai puluhan ribu orang?” Kita harus meyakini bahwa ini merupakan pemilihan tahap pertama dan pasti dilanjutkan dengan penambahan jumlah pelayan-pelayan lainnya. Ketujuh orang tersebut dapat dianggap sebagai ketua atau pimpinan, dan salah satu tugasnya adalah merekrut anggota-anggota lainnya sesuai dengan perkembangan pelayanan mereka!
Masalah yang ditulis di Kisah Rasul 6 berkaitan dengan terabaikannya pembagian dalam pelayanan sehari-hari kepada janda-janda orang Yahudi berbahasa Yunani. Mereka sama-sama bangsa Yahudi tetapi perbedaan bahasa telah menimbulkan masalah yang mendatangkan sungut-sungut di antara jemaat pada zaman itu. Sebagai bangsa Indonesia yang memiliki sekitar 500 lebih bahasa daerah, kita pasti mengerti dan memahami kesulitan yang ditim-bulkan oleh perbedaan bahasa-bahasa itu.
Kita dapat membayangkan betapa rumitnya mempersatukan gereja-gereja di Indonesia. Sekalipun demikian, bukan berarti masalah tersebut tidak dapat diselesaikan atau tidak ada solusinya. Pasti ada solusi! Gereja harus tetap bertumbuh, berkembang dan bertambah maju tetapi tetap satu dalam Tubuh Kristus!
Pemilihan tujuh orang sebagai petugas pelayanan waktu itu merupakan solusi yang tepat! Para pemimpin dalam struktur organisasi gereja kita disebut majelis, oleh sebab itu strukturnya disebut struktur majelis. Sedangkan para petugas yang membantu pelayanan dalam gereja (sidang jemaat) biasanya dikenal dengan sebutan diaken/diakones. Macam atau jenis pelayanan dalam gereja disebut diakonia.

Perlu diketahui bahwa bentuk pengaturan atau pengorganisasian ini harus dijalankan dengan tertib. Hanya dengan adanya ketertiban maka tercapailah kerinduan semua orang untuk mengalami kesejahteraan bersama!
Pengertian kata diakonia sangatlah luas. Janganlah kita membatasi arti kata diakonia hanya sebatas pelayanan secara jasmani saja.

Tugas para rasul sebagai pemberita Firman Tuhan juga disebut diakonia. Kita harus merindukan supaya Tuhan menolong kita semua sehingga terciptalah kerja sama yang baik antara seluruh diaken/diakones dalam menangani masalah jasmani maupun rohani, khususnya yang timbul dalam gereja kita. Tuhan tidak menginginkan kita membiarkan masalah yang ada melainkan menyelesaikannya!

Apakah solusi yang diterapkan para rasul dan jemaat pada waktu itu merupakan suatu sistim baru? Tidak! Mereka belajar mengikuti atau meneladani apa yang telah dipraktikkan oleh Musa saat memimpin bangsa Israel berjalan menuju tanah Kanaan! Mari kita membaca apa yang tertulis dalam Keluaran 18:13-14, 17-21, 23-24.
Ternyata dengan sisitem tersebut, masalah dapat diatasi sehingga hasilnya ”Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak; juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya”.

Kalau kita jujur, salah satu penyebab gereja kurang bertumbuh disebabkan pelayanan diakonia belum secara baik dijalankan. Sistim sudah dibuat, bahkan sangat baik, namun yang menjadi persoalannya adalah kesungguhan dalam pelaksanaannya. Dalam gereja kita (GBKP) perbedaan tugas Pertua dan Diaken kadang tidak dipahami secara jelas atau dipahami tetapi kurang dijiwai akibatnya persoalan yang dialami jemaat mula-mula sering terjadi di tengah-tengah jemaat kita. Bedanya, jemaat sekarang tidak mau ribut-ribut. Ia diam. Dan diam seribu basa. Ia hanya menunggu kapan diperhatikan, kapan dilayani. Hal ini banyak disebabkan karatristik orang karo yang sangat pemalu dan sangat menjaga harga diri. Akibatnya apa? Menarik diri dari persekutuan ibadah.

Tetapi jangan kita lantas saling menyalahkan. Benar Diaken yang terdepan menangani masalah ini. Pada jaman rasul Diaken yang dipilih, khusus menangani pelayanan meja (mengkoordinir pelayanan ditengah-tengah jemaat menyangkut kebutuhan hidup seperti makanan dan minuman, dan masalah-masalah lain sehubungan dengan kesejahteraan jemaat), disamping itu tentunya juga memberitakan Firman Tuhan. Tugas ini juga menjadi tugas setiap orang percaya. Dan hal ini sangat jelas ditekankan Yesus agar kita juga saling melayani. Karena itu sistem yang sudah ada hendaknya secara bersama-sama pula kita menjalankannya. Misalnya ada teman kita yang membutuhkan pelayanan diakonia, atau masyarakat yang ada disekitar kita, disamping memberikan pelayanan secara pribadi-pribadi, juga tugas kita memberitahukannya kepada diaken terdekat, diaken sektor dapat dilayani dengan baik. Saya percaya bila panggilan umum kita, dalam hal ini saling melayani kita lakukan maka pertumbuhan emaat akan semakin baik.
Marilah kita semua bekerja sama dan bersatu untuk memajukan pelayanan di gereja kita. Generasi yang lebih tua menghargai yang muda dengan keah-lian dan kepandaiannya; generasi muda menghormati yang lebih tua. Bekerja sama dan bersatu-padu karena semua memiliki kaitan dan tujuan yang sama! Bangsa Israel bekerja sama memelihara ketertiban menuju tanah perjanjian Allah, Tanah Kanaan.

Demikian juga pada zaman para rasul, mereka bekerja sama dengan tertib melaksanakan Amanat Agung dari Tuhan Yesus Kristus.
Kita sekarang, bekerja sama dan memelihara ketertiban menuju sasaran: kota perjanjian Allah, itulah Yerusalem Baru!
Amin.